Ilmu Pengetahuan Tentang Tata Surya

Posted: 11 Februari 2024 in Sastra, Uncategorized
Tag:, , , ,

Galileo Galilei menulis, “Jagat raya ditulis dalam bahasa matematika, dimana aksara nya adalah segitiga, lingkaran dan bangun geometri lainnya”. Tulisan galileo menyatakan bumi bukanlah pusat semesta, dan berputar mengelilingi matahari, membuat Vatikan murka, dan memvonisnya sebagai penista agama. Sebelum Galileo menemukan teleskop 25 Agustus 1609, Giordano Bruno dengan teori yang sama, pada 17 Februari 1600, ditelanjangi dan dibakar hidup-hidup di tengah pasar di Roma, juga atas tuduhan penista agama, oleh otoritas vatikan. Abunya dibuang di sungai Tiber.

Jika dilihat dari timeline waktu kejadian, saat itu eropa khususnya inggris, belanda dan perancis baru mulai berlayar mencari hindia timur. EIC dan VOC baru menetas. Jadi pada era itu, pengetahuan orang eropa tentang kosmologi dan astronomi masih takhayulisme, meskipun berbagai universitas sudah berdiri di Eropa, tapi semuanya tunduk pada doktrin katholik di vatikan, semua tulisan disensor oleh kardinal dan paus, jika melawan, nyawa taruhannya. Sangat jauh dari kesan terpelajar dan beradab.

Dilain pihak, nusantara dan berbagai kerajaan di Asia yang mengenal sansekerta, sudah mengenal Surya Siddhanta sejak abad 5 masehi, kompendium astronomi kuno yang mengukur jarak dan lintasan planet serta matahari, dalam komputasi yang sangat presisi. Pada abad ke 8 surya siddhanta diterjemahkan ke bahasa arab pada era kalifah Al Mansur, Abbasiyah. Dengan kata lain, kosmologi dan astronomi barat hingga abad 17 masih tertinggal jauh dibanding peradaban nusantara.
Makanya ketika orang barat pertama kali melihat bangunan candi nusantara yang aneh, karena geometrinya misterius, gak ada dalam kamus masonry mereka bagaimana menetapkan lokasi bangunan menggunakan metode tongkat kayu sebagai gnomon, dan menggambar 2 lingkaran setelah bayangan matahari diukur. Overlaping dari berbagai lingkaran ini membentuk semua titik sudut pada mandala candi. Sama sekali gak pake kompas, meteran siku, busur derajat, murni benang dan tongkat kayu gnomon. Belum lagi fungsi candi itu sebagai observatorium astronomi dan kosmologi, makin misterius dan gak nyambung di otak orang eropa. Karena dikuatirkan akan meruntuhkan iman mereka, dan menista kitab sucinya tentang astronomi takhayulisme, maka lebih baik menista nusantara sebagai peradaban barbar, primitif dan penyembah berhala. Buruk muka cermin dibelah.

Sumber: https://www.facebook.com/share/p/wJByHe9pSHZUNbMk/?mibextid=2JQ9oc

Tinggalkan Pesan