Posts Tagged ‘majapahit’


Apakah jamur akan memperparah kanker ?
Jawabannya ya – TAPI TIDAK SEMUA JAMUR.
Yang memperparah kanker hanya jamur yg mengandung karsinogen (pemicu kanker) yaitu racun Aflatoxin B1.
Racun alatoxin B1 dikeluarkan oleh jamur ASPERGILUS, jamur yg berwarna hitam yg sering muncul pada produk karbohidrat seperti roti yg disimpan terlalu lama.

Bagaimana dengan jamur pada tempe ?
Jamur pada tempe adalah jamur RHIZOPUS.
Jamur putih yang TIDAK mengeluarkan Aflatoxin B1, justru mengandung antibiotik alami Cystine yg menjaga mikroflora normal dalam tubuh dengan menghancurkan bakteri pembuat penyakit dalam usus.
Jamur Rhizopus juga berfungsi sebagai Prebiotik alami untuk mengefektifkan pengolahan makanan menjadi energi ATP bagi sel tubuh.

Bagaimana pengaruh jamur tempe pada sel kanker ?
Tempe dengan jamur Rhizopus justru MENGHAMBAT BANYAK KASUS KANKER.
Ada puluhan paper ilmiah internasional yg membahas tentang peranan tempe dalam mencegah + mengurangi kasus kanker di manusia.
Silahkan browsing sendiri dgn kata kunci TEMPEH, RHIZOPUS, CANCER.

Jadi hari ini kita belajar bersama tentang 3 hal :

  1. Jangan mudah percaya pada MITOS katanya tempe menyebabkan kanker
  2. Mencari data yg benar dari Paper ilmiah BUKAN DARI “KATANYA”
  3. Selalu kembali ke ilmu pengetahuan yang mencerahkan BUKAN ke ilmu yg menakuti tanpa dasar pemahaman ilmiah.

Sumber: https://www.facebook.com/share/kF8C6UhKJX4rRp6z/?mibextid=oFDknk



Ini saya mulai dari sejarah Dinasti Ming yang mulai memerintah Kekaisaran Cina tahun 1368 M, setelah menaklukkan Dinasti Yuan yang didirikan oleh Kubilai Khan. Zhu Yuanzhang memimpin pasukan perjuangan kaum petani, berhasil mengusir bangsa Mongol di Cina.
Zhu Yuanzhang / Hongwu (memerintah tahun 1368 – 1398 M) menjadi kaisar pertama Dinasti Ming menerapkan kebijakan luar negeri baru, yakni menjalin persahabatan dengan negara-negara tetangga termasuk di kawasan Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan tetangga yang tidak akan diserbu salah satunya termasuk kerajaan Jawa. (Berarti pada waktu itu di Jawa adalah era kerajaan Majapahit dengan rajanya Hayam Wuruk, memerintah tahun 1350 – 1389 M).
Kekaisaran Dinasti Ming di era Kaisar Zhu Di (Yongle) mengutus seorang laksamana muslim bernama Cheng Ho mulai tahun 1405 M, untuk memimpin ekspedisi berkeliling ke negara-negara lain.
Cheng Ho merupakan tokoh yang lahir di Distrik Kunyang, Provinsi Yunan, wilayah yang sejak lama dihuni warga Cina muslim. Cheng Ho merupakan anak dari Ma Hazhi (Haji Ma) yang beragama Islam. Pada waktu Cheng Ho masih kecil, kekaisaran Dinasti Ming menaklukkan wilayah Yunan. Ayah Cheng Ho terbunuh dan Cheng Ho kecil ditangkap dan dikebiri oleh tentara Ming, lalu dibawa ke Beijing (Peiping). Cheng Ho kemudian mengabdi sebagai kasim kepada raja Zhu Di. Cheng Ho turut dalam peperangan dan menyelamatkan nyawa raja Zhu ketika menyerang Kaisar Jianwen, sehingga dia dianugerahi nama keluarga Zheng. Oleh karena kesetiaan dan kerja kerasnya maka lama-kelamaan Cheng Ho diangkat menjadi pejabat tinggi istana dan ditunjuk menjadi laksamana dalam ekspedisi laut terbesar dalam sejarah Cina.
Ma Huan, salah seorang asisten Cheng Ho, mencatat peristiwa-peristiwa ketika melakukan kunjungan ke Majapahit di tahun 1413 dan 1431 M.
Ma Huan mencatat bahwa raja Majapahit dan penduduk pribumi Majapahit masih menjalan ritual pemakaman Hinduisme ataupun Shamanis. Hanya warga minoritas Arab dan India yang memeluk Islam. Artinya, waktu itu Ma Huan melihat bahwa di Majapahit sudah ada penduduk Arab dan India yang beragama Islam. Tetapi sebelumnya, di tahun 1405 M, Ma Huan sudah mendapati semakin banyaknya komunitas Cina muslim yang hidup menetap di Sumatera dan Jawa. Pada tahun 1420-an (berarti di era Raja Wikramawardana), di Majapahit sudah banyak berdiri masjid di Semarang, Sembung, Sarincil, Talang, Ancol, Lasem, Tuban, Gresik, dan Jiaotung (?).
Banyaknya komunitas muslim Cina di Jawa membuat Cheng Ho melakukan pengawasan dengan menunjuk Haji Gan Eng Chu pada tahun 1423 M sebagai Konsul Jenderal Ming Cina yang bertugas mengawasi orang-orang Cina di Kepulauan Melayu. Eng Chu berkantor di Tuban dan secara de facto melayani Majapahit menjadi Syahbandar di Tuban, sehingga raja Majapahit menganugerahkan gelar A Lu Ya (mungkin maksudnya Arya) kepada Eng Chu, seorang Cina muslim kepercayaan laksamana Cheng Ho. (Oleh karena pada waktu itu belum ada doktrin National State / negara bangsa, maka pejabat Kekaisaran Cina juga dapat merangkap menjadi pejabat Majapahit).
Di Majapahit juga terdapat banyak warga para imigran dari Cina nonmuslim. Sedangkan orang-orang Cina muslim awal yang ada di Majapahit adalah mereka yang orang tuanya memeluk Islam, diperkirakan merupakan keturunan para pembelot Hui Hui Cina dari tentara Mongol. Desetir Hui Hui tersebut kemudian menikah dengan para perempuan Jawa dan menetap di Jawa. Artinya, keberadaan orang-orang Cina di Jawa tersebut mulai ada pada era menjelang berdirinya Majapahit.
Menurut kesaksian pengelana Cina bernama Wang Da Yuan yang berkelana di Asia Tenggara, termasuk di Jawa pada tahun 1337 – 1339 M, dalam buku catatannya berjudul Daoyi zhilue, dia menulis tentang sisa-sisa pejuang Mongol yang menetap di Gelam. Orang-orang Cina sisa pasukan Mongol tersebut menetap hidup di tengah-tengah kaum pribumi. Mereka adalah orang-orang Cina Hui Hui. Bangsa Cina Hui Hui tersebut juga mempunyai leluhur orang Arab dan Persia. (Jadi, mereka orang-orang Cina blasteran).
Mengenai keberadaan orang-orang Arab di Jawa, dimulai dari perkembangan peradaban Islam yang maju pesat di abad ke – 9 M yang berpusat di Baghdad yang wilayahnya membentang dari Samudera Atlantik hingga perbatasan Cina dan India, sehingga pada abad ke – 10 M para pedagang Arab mendominasi jalur-jalur perdagangan tersebut, kapal-kapal Arab berlayar menyusuri Teluk Arab melintasi Samudera Hindia menuju kawasan Asia Tenggara (termasuk Jawa). Para pedagang tersebut membentuk koloni-koloni di India, Sri Lanka, Champa di Semenanjung Indochina, Kepulauan Melayu, dan Cina (Ghuangzhou, Quanzhou, dan Yangzhou), hingga di abad ke-13 para pedagang muslim Arab dan India semakin banyak yang menetap di Jawa dengan membentuk komunitas-komunitas. Di Gresik, terdapat peninggalan berupa makam seorang perempuan muslimah bernama Fathimah yang meninggal tahun 1082 M. (berarti hidupnya di era Raja Sri Jitendrakara Kerajaan Kediri, jauh sebelum berdirinya kerajaan Singasari / Tumapel tahun 1222 M).
Dengan demikian, bahkan sejak sebelum zaman Majapahit di Jawa telah ada warga etnis Cina (muslim dan non-muslim) dan Arab yang hidup menetap, dan menikah dengan orang-orang Jawa.
(Bersumber dari buku berjudul Cheng Ho, Penyebar Islam dari China ke Nusantara, karya Tan Ta Sen, diterbitkan PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2010, cetakan kedua 2018, dengan meneliti lebih 120 naskah sejarah sumber primer, dan lebih dari 200 sumber sekunder, serta penelitian lapangan)
Tan Ta Sen adalah Presiden Internasional Zheng He Society, Direktur Cheng Ho Cultural Museum, Malaka, Dosen Senior Ngee Ann College, Peneliti di Institute of Southeast Asian Studies, asisten Profesor di Nanyang University Singapura, menguasai Bahasa Sansekerta, Arab, Melayu, Indonesia, Jawa, Batak, Belanda, Inggris dan China).

Sumber: https://www.facebook.com/groups/1601022247083479/permalink/1767034557148913/?mibextid=Nif5oz


Daftar Tokoh yg pernah menjadi Mahapatih Kerajaan Majapahit. (Bersumber pada bukti primer prasasti maupun bukti sekunder berupa naskah/lontar sesudahnya)

Mahapatih atau Rakryan Mahapatih (Patih Amangkubhumi) adalah jabatan tertinggi setelah Sri Maharaja (raja besar) pada zaman kerajaan Nusantara kuno, khususnya pada era Majapahit. Jabatan ini setingkat dengan jabatan Perdana Menteri (mantri mukya).

Daftar Mahapatih Majapahit :

πŸ’‚ Nambi (1294-1316)
πŸ’‚ Dyah Halayuda (1316-1323)
πŸ’‚ Arya Tadah (1323-1334)
πŸ’‚ Gajah Mada (1334-1364)
πŸ’‚ Lembu Nala (1365-1376)
πŸ’‚ Gajah Enggon (1376-1394)
πŸ’‚ Gajah Manguri (1394-1398)
πŸ’‚ Gajah Lembana (1398-1410)
πŸ’‚ Tanaka (1410-1430)
πŸ’‚ Pu Wahana (1430-1498)
πŸ’‚ Patih Udara (1498-1527)

Sumber: https://www.facebook.com/share/p/pLiqFDDb5qNLDsk1/?mibextid=oEMz7o